Fenomena Shrinkflation: Produk-Produk Jaman Sekarang Semakin Mengecil

Sobat KJAASP pasti sering nemuin kan produk yg dulunya gede sekarang jadi kecil tapi harganya tetep sama? Atau yg dulunya punya isi 4 sekarang tinggal 3? dan masih banyak sekali perbedaan yang lainnya

Fenomena seperti ini adalah salah satu strategi marketing perusahaan, namanya adalah Shrinkflation. Shrinkflation ini adalah terjadinya penyusutan ukuran produk tetapi tetap dijual dengan harga yang sama agar perusahaan memperoleh keuntungan.

Kata shrinkflation ini berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata shrink yang artinya penyusutan. dan flation diambil dari kata inflation yang berarti inflasi

Tujuan perusahaan menerapkan strategi shrinkflation supaya bisa mengendalikan biaya produksi. Alasan lain adalah karena harga bahan baku yg semakin mahal karena inflasi sedangkan kemampuan daya beli sama.

Untuk tetap mempertahankan konsumen, karena bila harga nya dinaikan pasti konsumen tidak mau membeli lagi, jadi perusahaan biasanya melakukan strategi ini dengan tetap menjual dengan harga normal sehingga tetap bisa bersaing dipasaran

Tapi, tidak hanya perusahaan saja yg untung, konsumen tetap dapat keuntungan juga Sobat KJAASP, yaitu produk tetap terjangkau walaupun penyusutan tidak terlalu signifikan

Lalu apa sih penyebab Shrinkflation ini? Apalagi ditahun 2023 ada isu resesi

Pandemi covid 19 memicu lonjakan inflasi yang melanda berbagai negara didunia. Dan di Indonesia pun memiliki tingkat inflasi sebesar 5,9% pada September kemarin

Kejadian inilah yang membuat perusahaan melakukan strategi pengendalian ongkos produksi karena naiknya harga bahan baku

Lalu bagaimana ya supaya pebisnis terutama pelaku UMKM bisa menghadapi efek dari inflasi ini?.

Seorang pengacara hak konsumen di Amerika Serikat, yaitu Edgar Dworsky  mengatakan bahwa terdapat 3 solusi bisnis untuk hadapi inflasi

  1. Menaikkan harga produk

  2. Mengurangi produk

  3. Membuat ulang produk dengan bahan lebih murah

Untuk menjaga daya beli konsumen, banyak perusahaan memilih untuk mengurangi volume atau ukuran produk atau memilih opsi kedua. Bagaimana pun perusahaan ingin menjaga minat konsumen dan menjaga produk mereka untuk tetap eksis dalam pasar.

Biasanya ketika kuantitas produk dikurangi, perusahaan akan membuat kemasan baru yang lebih menarik, sehingga konsumen tidak menyadari adanya penyusutan tersebut. Hal ini merupakan upaya mengatasi inflasi dari sisi perusahaan.

Menarik dari penjelasan sebelumnya, sekarang kita tahu bahwa penyebab shrinkflation dipicu oleh tiga faktor yaitu:

Pertama, Biaya Produksi Tinggi

Naiknya harga bahan baku menjadi penyebab utama shrinkflasi. Biaya produksi yang meningkat diakibatkan naiknya harga bahan baku, komoditas energi dan tenaga kerja akan membuat marjin keuntungan produsen menurun.

Maka perusahaan akan menemukan strategi untuk mampu bersaing dalam pasar dengan mengurangi berat, kuantitas atau volume produk dengan harga eceran yang sama. Hal tersebut dapat meningkatkan keuntungan pada pihak produsen sendiri. Selain itu, kebanyakan konsumen tidak akan menyadari adanya pengurangan kuantitas produk.

Kedua, Permintaan Pasar

Dalam kurva permintaan, kadang-kadang tren dan permintaan produk dapat berubah dengan drastis. Hal tersebut membuat perusahaan perlu membuat strategi baru atau membuat ulang produk mereka.

Ketiga, Persaingan Pasar

Biasanya persaingan yang ketat juga dapat menyebabkan penyusutan produk. Perusahaan makanan dan minuman ringan umumnya sangat kompetitif karena konsumen sendiri dapat menemukan berbagai produk pengganti yang ditawarkan kompetitor atau yang tersedia di pasar. Maka dari itu perusahaan mencari opsi untuk mempertahan kepercayaan konsumen dan keuntungan mereka.

Lalu, apakah Inflasi dan Shrinkflation Saling Berkaitan?

Inflasi dan shrinkflation tidak sama, namun keduanya saling berkaitan. Hal tersebut disebabkan karena adanya kenaikan harga baku dan membuat biaya produksi perusahaan pun ikut naik. Inflasi berdampak pada harga di pasar, adanya kenaikan harga ini membuat perusahaan membuat strategi untuk mengecilkan produk mereka untuk menutupi kenaikan tersebut.

Untuk menetapkan jumlah penjualan biasanya perusahaan melakukan penyusutan (shrinkflation). Ada beberapa perusahaan yang melakukan shrinkflation secara sembunyi. Hal tersebut berisiko akan membuat konsumen kehilangan kepercayaannya. Namun, ada juga perusahaan yang melakukan shrinkflation secara terbuka kepada publik.

Contoh

Fenomena shrinkflation di Indonesia yang ramai dibicarakan oleh netizen saat ini adalah makanan ringan snack jagung yang semakin mengecil produknya. Tetapi di negara-negara lain seperti Amerika, Jepang, India dan masih banyak lagi juga banyak terjadi.

Di Amerika sendiri, sekotak tisu dalam beberapa bulan sebelumnya memiliki sekitar 65 lembar namun karena inflasi di Amerika tengah melonjak, perusahaan menyusutnya menjadi 60 lembar. Di negara Inggris, Nestle memperkecil kaleng kopi Nescafe Azera Americano yang semula 100 gram menjadi 90 gram.

India pun demikian, sabun cuci piring ukuran batang diperkecil menjadi 135 gram yang semulanya adalah 155 gram. Perusahaan Calbee Inc di Jepang sebagai perusahaan pembuat makanan ringan, pada bulan Mei melakukan shrinkflation secara terang-terangan. Perusahaan mengumumkan bahwa pengurangan berat makanan hingga 10% dan harga pun naik sekitar 10% pada produk-produknya.

Kesimpulan

Tujuan shrinkflation adalah untuk mengendalikan biaya produksi perusahaan, strategi dapat tetap bersaing di pasar, dan sebagai upaya mengatasi inflasi dengan cara mengurangi ukuran produk akibat kenaikan harga bahan baku.

Adanya shrinkflation ini memberi keuntungan kepada konsumen, produk tetap terjangkau meskipun terjadi penyusutan yang tidak terlalu signifikan. Sedangkan untuk perusahaan dengan melakukan penyusutan kuantitas ini dapat mempertahankan atau meningkatkan keuntungan dari hasil penjualan produk.

Tetapi ada juga kerugian dari shrinkflation sendiri, yaitu potensi akan menimbulkan hilangnya kepercayaan konsumen, apalagi jika ada perubahan pada bahan bakunya. Konsumen akan merasa tidak adil dengan hal tersebut. Selain itu, persaingan antara perusahaan satu dengan yang lain tidak akan sehat dikarenakan adanya penyusutan kuantitas produk.

Shrinkflation memang membuat beberapa konsumen merasa dirugikan, namun pihak konsumen perlu sadar juga mengenai keadaan ekonomi yang sedang tidak stabil saat ini. Jika Sobat KJAASP memiliki bisnis perlu hati-hati dalam menggunakan metode shrinkflation. Sobat KJAASP perlu cermat dan berpikir secara matang untuk mengambil keputusan.

Informasi seputar bisnis agar siap hadapi resesis bisa menghubungi kontak kami berikut serta manfaatkan konsultasi gratis bersama kami. Atau Sobat KJAASP bisa berkunjung secara langsung ke Kantor Kami yang terletak di Perumahan Permata Hijau Ketawang No A1, Mejing Lor, Ambarketawang, Gamping Sleman,

WA : https://wa.me/6281226924491

Instagram : https://bit.ly/instagramkjaasp_official

Facebook : https://bit.ly/facebookKJAASP

Web : https://kjaatik.id/

Tiktok : https://bit.ly/tiktokkjaasp_official

Youtube : https://bit.ly/youtubeKJAASP

Maps: https://bit.ly/GoogleMapsKJAASP